Siang itu, 26 Januari 2014 kami
kedatangan tamu dari Jogja… sapa lagi kalo bukan my best friend Fandry
Liesmarindra beserta istri tertjinta, setelah ngobrol ngalor ngidul… akhirnya
kami putuskan untuk jalan ke pantai, dan pantai yang dipilih adalah Pok
Tunggal.
Memang masih agak asing bagi
sebagian orang, dibanding dengan pantai Baron, Kukup atau Indrayanti. Itu wajar
sadja karena memang pantai ini belum lama dibuka, akses jalannya juga masih
sulit dan terjal berbatu. Tapi semua terbayarkan setelah sampai dan melihat
pantai sesungguhnya…
Start dari Griya Ungu Tan Sumur
Boor mobil meluntjur ke selatan menuju Jl. Baron, di pertigaan Mulo kami ambil
kiri ke arah Tepus. Sepanjang perjalanan mata kita akan dipuaskan oleh
pemandangan bukit-bukit yang menghijau seperti tjandi-tjandi indah… aneka
tanaman palawija tumbuh subur disana, ketela dan jagung adalah tanaman utama
yang penduduk sekitar tanam disamping tentunya katjang dan kedelai… melihat
semua ini menghapus anggapan bahwa Gunungkidul daerah kering dan sulit air! Itu
dulu bung sekitar tahun 45, tapi sekarang jaman sudah berbeda, air ngotjor
dimana-mana. Route ini sama kalau kita mau ke pantai Sundak atau Indrayanti,
tapi bedanya setelah kurang lebih 5Km dari Tepus nanti ada Plang kayu
bertuliskan Pantai Pok Tunggal, kita ambil ke kiri… kalaupun ragu Tanya ke
orang yang biasa ditemui di jalanpun dengan senang hati akan memberikan
petunjuk arah yang akurat.
Setelah melewati jalan sempit
yang masih terjal berbatu (itu dulu, sekarang sudah di-tjor block) kurang lebih
2Km, sampailah kita ke Pantai yang menawarkan nuansa keindahan yang berbeda…
Terdapat sebatang pohon yang
menjadi logo Pantai Pok Tunggal. Pohon yang entah apa jenisnya nggak paham
tumbuh di pingir jalan masuk kawasan pantai, pohon tersebut memang bentuknya
sedikit aneh, khas dan unik, seperti bonsai Jepang dalam ukuran raksasa, tak
heran belum pas rasanya kalau belum foto di dekat pohon tersebut. Di bibir
pantai terdapat hamparan luas lahan pasir yang sangat tjotjok untuk area
kemping, paying-payung hias warna-warni juga berjajar sepanjang pantai, hanya
dengan merogoh kotjek Rp.20.000,- anda bisa mengunakannya seharian penuh.
Di sisi barat pantai terdapat
karang besar yang seakan-akan menjadi sekat penutup dari keramaian pantai
utama, sehingga memberi ruang agak privasi untuk berpose ala Bay Watch atau
nude sekalipun… tapi maaf karena alasan Undang-undang pornografi dan pornoaksi,
foto-foto syur tersebut tidak bisa ditampilkan di blok ini… ( karena memang ra
ana ding… !! ha… ha ha haaa… )
Ke arah timur di pantai ini terdapat bukit yang lumayan tinggi… disini adrenalin pengunjung mulai diuji untuk menaiki bukit tersebut, dengan lonjoran bambu-bambu yang ditata sedemikian rupa menjadi jalan setapak untuk pengunjung yang mau melihat pemandangan pantai dari atas. Sahabat jalan-jalan harus ekstra hati-hati dan melihat kondisi bambu dan kayu tersebut sebelum naik, kalau-kalau sudah mulai rapuh… simak foto-foto berikut untuk lebih jelas melihat begitu menantangnya medan pantai satu ini.
Diatas bukit terhampar tanah datar
yang tjukup luas dengan pohon-pohon pandan laut yang tumbuh dengan bentuk
unik-unik, juga terdapat gubuk disana sekedar melepas lelah dan menghindar dari
teriknya mentari, terdapat juga penjual Kelapa Muda dan aneka makanan ringan.
Masuk ke area ini dikenakan biasa seikhlasnya, monosuko piro wae monggo…
Keindahan pantai satu ini jangan
diragukan lagi, keramahan penduduk asli juga menambah indah kunjungan kami saat
itu…
Tak terasa sore sudah mulai menyapa…
saatnya menikmati keindahan kedua: Sunset yang mempesona…
Pulangnya tidak lupa membeli
Srikaya, buah khas daerah Tepus dan sekitarnya. Buah musiman yang terkenal
manis dan menyehatkan untuk dikosumsi…
Terima kasih untuk sahabat saya
Fandry dan Atja yang membuat hari kami saat itu menjadi sungguh berkesan… entah
kapan bisa menikmati liburan bersama lagi, mengingat kesibukan bisnis dan
mengajar kalian, we wish u all de’best-lah !!!
Sampai ketemu lagi di liputan
selanjutnya…
Salam Andreas Seluas Samodra!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar